Mungkin dari kalian para pembaca banyak yang belum tahu alasan
kenapa bendera kita berwarna merah dan putih. Disini penulis akan sedikit
menjelaskan alasannya menurut salah satu kajian dari profesor sejarah yaitu
Prof. H. Muhammad Yamin.
Prof. H. Muhammad Yamin berpendapat bahwa jejak
sejarah Merah-Putih di mulai sejak 6.000 tahun yang lalu, di mana bukti sejarah
menunjukkan bahwa nenek moyang kita telah melakukan pemujaan terhadap Matahari
dan Bulan. Matahari di wakili warna Merah, dan Bulan di lambangkan dengan warna
Putih.
Kajian Prof. H. Muhammad Yamin menunjukkan
cukup banyak bukti untuk membuktikan teorinya. Salah satunya adalah, adanya ukiran pada dinding Candi Borobudur (dibangun
pada awal abad ke- 9). di mana pada ukiran tersebut menggambarkan tiga
orang hulubalang membawa umbul-umbul berwarna gelap dan terang, di duga
melambangkan warna Merah dan Putih. Keterangan untuk ukiran itu menyebutnya
sebagai Pataka atau Bendera. Catatan-catatan lain sekitar Borobudur juga sering
menyebut bunga Tunjung Mabang (Merah) dan Tunjung Maputeh (Putih). Ukiran yang
sama juga tampak di Candi Mendut, tidak jauh Candi Borobudur, yang kurang lebih
bertarikh sama.
Dari bukti ukiran Candi Borobudur
ini, Prof. H. Muhammad Yamin dengan rajin mengumpulkan banyak bukti sejarah
lain yang dapat di kaitkan dengan pemujaan terhadap lambang, warna Merah dan
Putih di setiap celah budaya Nusantara. Di bekas kerajaan Sriwijaya tampak pula
berbagai peninggalan dengan unsur-unsur warna Merah dan Putih.
Antonio
Pigafetta, seorang pencatat dalam pelayaran Marcopolo di abad 16, dalam kamus
kecilnya yang berisi 426 kata-kata Indonesia, memasukan entri Cain Mera dan
Cain Pute, yang di terjemahkan sebagai Al Panno Rosso et Al Panno Bianco. Bila
tidak sering melihat kombinasi Merah-Putih sebagai satu kesatuan, mungkinkah
Pigafetta memasukkannya sebagai sebuah entri ?
Bukti lainnya adalah, Empat
warna utama dalam mitologi jawa, yakni Merah sebagai lambang amarah, Putih
sebagai lambang Mutmainnah, Kuning sebagai lambang Supiah, dan Hitam sebagai
lambang Luwainnah. Dua keraton di Solo, misalnya menggunakan lambang-lambang
warna itu sebagai benderanya. Keraton Susuhunan Paku Buwono memakai symbol
Timur – Selatan yang di lambangkan dengan warna Gula-Kelapa atau Merah-Putih. Sedangkan
Keraton Mangku Negoro memakai symbol Barat-Utara yang dilambangkan dengan warna
Hijau-Kuning. Getaran warna Hijau sama dengan warna Hitam lambang Luwainnah.
Warna Merah dan Putih tidak hanya di
pakai sebagai lambang penting oleh kerajaan Mataram. Pada abad ke-16, dua bilah
cincin berpermata Merah dan Putih di wariskan oleh Raja Majapahit kepada Ratu
Jepara yang bernama Kalinyamat. Di kerajaan Mataran sendiri, umbul-umbul
Gula-Kelapa yang berwana Merah-Putih di wariskan oleh Ki Ageng Tarub dan terus
di muliakan oleh Sultan Agung serta Raja-Raja yang meneruskannya.
Perlawanan rakyat yang di pimpin
oleh Pangeran Diponegoro pada abad ke-19 di mulai dengan barisan rakyat yang
mengibarkan umbul-umbul Merah-Putih berkibar di mana-mana. Rakyat berkeyakinan
bahwa Merah-Putih adalah pelindung mereka dari segala marabahaya. Pada abad
ke-19 itu pula, para pemimpin dan pengikut gerakkan Paderi di Sumatera Barat
banyak yang mengenakan sorban berwarna Merah dengan jubah berwarna Putih, untuk
menandai gerakan perlawanan kaum Paderi terhadap Belanda.
Menurut catatan Prof. H. Muhammad
Yamin di Sulawesi Selatan Raja Bone yang bernama Karrampeluwa pada abad ke-15
juga sudah mengibarkan umbul-umbul berwarna Merah dan Putih di kiri kanannya.
Umbul-umbul Merah dan Putih itu di sebut sebagai Tjallae ri dan Tjallae ri
abeo.
Pada tahun 1920 di Negeri Belanda
Bendera Merah-Putih di kibarkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
tergabung dalam Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) untuk menyatakan
cita-cita Indonesia Merdeka. Secara sederhana ketika itu dinyatakan bahwa Merah
berarti berani, sedang Putih melambangkan kesucian. Artinya keberanian di atas
kesucian.
Partai Nasional Indonesia yang di
dirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1927 juga menggunakan lambang bendera
Merah-Putih dan gambar kepala banteng ditengahnya. Sebelumnya, bendera
Merah-Putih dengan gambar kepala kerbau pernah pula di pakai oleh Perhimpunan
Indonesia di Negeri Belanda tahun 1922, seperti terlihat pada salah satu
dokumen yang di simpan oleh Dr. Mohammad Hatta.
Tidak heran bila pada tanggal 28
Oktober 1928 bendera Merah-Putih di kibarkan oleh para pemuda sebagai Bendera
Kebangsaan.
Mungkin itu sedikit cuplikan sejarah
mengenai alasan mengapa warna bendera kita merah dan putih menurut salah satu
sejarahwan Prof. H. Muhammad Yamin.