Senin, 16 Maret 2015

PERBEDAAN CANDI HINDU DAN CANDI BUDHA SERTA LANGGAM JAWA TENGAH DAN LANGGAM JAWA TIMUR

PERBEDAAN CANDI HINDU DAN CANDI BUDHA SERTA LANGGAM JAWA TENGAH DAN LANGGAM JAWA TIMUR

Perbedaan candi Hindu dan candi Budha :

Perbedaan
Candi Buddha
Candi Hindhu
Bentuk bangunan
Cenderung tambun
Cenderung tinggi dan ramping
Atap
Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus.
Kemuncak
Stupa (candi Buddha), Ratna atau Vajra (candi Hindu)
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha)
Bahan bangunan
Kebanyakan batu andesit
Kebanyakan bata merah
Relief
Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang bali
Gawang pintu dan hiasan relung
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada
Tata letak dan lokasi candi utama
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, candi perwara terletak di depan candi utama
Arah hadap bangunan
Kebanyakan menghadap ke timur
Kebanyakan menghadap ke barat
Fungsi candi
Fungsi candi hindu adalah candi makam yaitu tempat memakamkan abu jenazah raja
1.Fungsi candi budha umumnya sebagai tempat pemujaan dewa saja
Bagian-bagian candi
BbBangunan candi Hindu terdiri atas tiga bagian, yaitu:
(1) 1.Bhurloka (bagian atas candi) melambangkan dunia fana.
(2) 2.Bhurvaloka (tubuh candi) melambangkan dunia pembersih atau pemurnian.
(3) 3.Svarloka (atap candi) melambangkan dunia para dewa.
b)   Bangunan candi Buddha umumnya terdiri atas tiga tingkatan, yaitu:
   1.Kamadhatu (bagian dasar candi): melambangkan kehidupan manusia yang penuh dosa.
     2.Rupadhatu (bagian tengah candi): melambangkan kehidupan manusia di dunia yang hanya mementingkan nafsu.
    3.Arupadhatu (bagian atas candi): melambangkan manusia sudah mencapai nirwana.
Arca
Terdapat arca dewa trimurti
4. terdapat arca budha baik dalam kelompok dyani budha  maupun dyani bodhisatwa.





Perbedaan candi di Jawa Tengah dan candi di jawa Timur :

Langgam Jawa tengah
Langgam Jawa Timur
a. Bentuk bangunannya tambun
b. Atapnya berundak-undak.

c. Puncaknya berbentuk stupa atau ratna.
d. Gawang pintu berhiasakan kalamakara.
e. Umur candi lebih tua.
f. Berfungsi sebagai tempat pemujaan.
g. Menggambarkan susunan masyarakat
yang feodal.
h. Reliefnya timbul agak menonjol dari
lukisannya naturalis.
i. Letak candi di tengah halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke timur.
k. Kebanyakan terbuat dari batu hitam
(andesit).
l.  lama pembangunan lebih pendek
a. Bentuk bangunannya ramping.
b. Atapnya perpaduan tingkatan.
c. Puncaknya berbentuk kubus.
d. Gawang pintu diberi kepala kala.
e. Umur candi lebih muda.
f. Berfungsi sebagai kuburan raja-raja.
g. Menggambarkan susunan masyarakat
yang federal.
h. Reliefnya timbul hanya sedikit dan
lukisannya menyerupai wayang kulit.
i. Letak candi di bagian belakang
halaman.
j. Kebanyakan menghadap ke barat.
k. Kebanyakan terbuat dari batu bata.
l.  lama pembangunan lebih panjang

Selasa, 03 Maret 2015

Kerajaan Hindu-Budha terfavorit



         Pernahkah kamu membaca kisah tentang kerajaan Singasari? keren kan? apalagi tentang perebutan kekuasaannya,beh...keren deh!. Raja pertamanya, Ken Arok emang licik banget. Entah tujuan awalnya mau jadi penguasa atau Cuma mau dapetin istri penguasa (Ken Dedes) yang cantik, dia sampai ngebunuh penguasa(Tunggul Ametung). Apalagi bunuhnya ngemanfaatin tangan orang lain(kebo Ijo).
        Seakan dapet rejeki nomplok, Ken Arok akhirnya dipercaya jadi bupati sekalian dapetin istrinya penguasa sebelumnya(Ken Dedes). Namun setiap perbuatan pasti ada balasannya. Benar saja, pada akhirnya Ken Arok pun mati terbunuh.
Dari kejadian di Kerajaan Singasari ini, kita bisa mengambil hikmah kawan. Diantaranya :
-          Jangan haus kekuasaan dan kekuatan. Jika kita haus kekuasaan seperti Ken Arok, sampai ia membunuh orang, maka kita akan menerima akibatnya kelak. Seprti Ken Arok yang pada akhirnya dibunuh karena ia telah membunuh demi kekuasaan.
-          Jadilah pemimpin yang baik dan peduli pada yang dipimpin. Coba kita lihat sejarah kepemimpinan Anusapati, akibat kesewenangannya, banyak rakyat Singasari yang tidak terurus dan menderita kelaparan. KerajaanSingasari pun tidak banyak mengaami perkembangan. Ia pun akhirnya mati terbunuh karena kesewenangannya.Marilah kita ambil pelajaran dari ejadian ini dengan menjadi pemimpin yang baik dan peduli pada rakyat.
-           Jangan terlena oleh kesenangan dunia. Demi mendapatkan wanita cantik, Ken Arok tega membunuh orang lain. Ia telah dibutakan oleh hawa nafsunya. Hal ini berdampak buruk bagi Ken Arok sendiri. Ia mati dibunuh oleh anak tirinya sendiri.
-          Jangan menyimpan dendam terhadap orang lain. Penyebab terjadinya bunuh-membunuh raja di Kerajaan Singasari tidak lain dan tidak bukan karena adanya dendam diantara mereka. Anusapati membunuh Ken Arok karena dendam. Tohjaya membunuh Anusapati juga karena dendam. Pembunuhan raja lainnya pun juga karena dendam. Oleh karena itu marilah kita jauhi sifat dendam, sebisa mungkin mari kita maafkan kesalahan yang pernah orang lain perbuat pada kita. Karena sifat dendam akan selalu berdampak buruk pada diri sendiri dan orang lain.

TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU-BUDHA DI INDONESIA









TEORI MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU-BUDHA DI INDONESIA


        Agama dan kebudayaan Hindu-Budha tidak hanya berkembang di India, melainkan berkembang pula di berbagai negara termasuk Indonesia.
        Kepulauan Indonesia membentang di sebelah timur India dan menjadi kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Seiring berkembangnya teknologi pelayaran, wilayah indonesia menjadi daerah persimpangan lalu lintas perdagangan zaman kuno, yaitu India da Cina. Jalur yang semula melalui jalur darat (jalur sutra) beralih ke jalur laut seehingga secara idak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati Selat Malaka. Akibatnya terjadilah hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina.
      Namun hal diatas tidak lantas menjawab pertanyaan siapa yang menyebarkan Agama Hindu-Budha di Indonesia. Bagaimana sesungguhnya proses tersebut belum diketahui secara pasti. Berikut beberapa teori mengenai masuknya Hindu-Budha ke Indonesia.
1.       Teori Ksatria.
       Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru. Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.
2.       Teori Waisya
       Diutarakan oleh Dr.N.J.Krom, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang ke Indonesia. Para pedagang ini diyakini menetap di Indonesia dan pada perkembangannya memegang peranan penting dalam penyebaran budaya India melalui hubungan mereka dengan penguasa Indonesia. Bahkan diduga adanya perkawinan antara pedagang tersebut dengan orang Indonesia.
3.       Teori Brahmana
       Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja). Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.
4.       Teori Nasional/Teori Arus Balik
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Teori ini sebetulnya merupakan kelanjutan teori Brahmana yang dikemukakan Van Leur. Menurut teori ini, yang menyebarkan Agama Hindu-Budha di Indonesia adalah para cendeiawan Indonesia sendiri. Awalnya, Para Pendeta India datang ke Indonesia untuk mengajarkan agama Hindu-Budha kepada calon-calon pendeta di kalangan istana. Melalui para calon pendeta ini timbul ikatan langsung dengan India. Sehingga pada perkembangannya, para pendeta Indonesia datang ke India untuk memperdalam agama Hindu dan Budha. Setelah kembali ke Indonesia, mereka menyebarkan ajaran yang telah mereka dapatkan di India.
·         Dampak Masuknya Hindu-Budha Terhadap Masyarakat Indonesia
1.       Bidang Agama
        Sebelum masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan ini dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia hingga ketika agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, kepercayaan animisme dan dinamisme tidak lantas ditinggalkan begitu saja, melainkan telah terjadi akulturasi diantara keduanya. Contohnya adalah kebudayaan sesajen.
2.       Bidang Politik/Pemerintahan
        Sebelum Hindu-Budha datang masyarakat Indonesia masih terdiri dari kelompok-kelompok yang dipimpin oleh kepala suku. Setelah Hindu-Buddha datang kepala suku mulai digantikan oleh sistem kerajaan yang dipimpin oleh raja secara turun-temurun.
3.       Bidang Sosial
       Setelah masuknya Hindu-Buddha terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia. Misalnya sistem kasta dalam kerajaan Hindu. Serta golongan biksu atau biksuni.
4.       Bidang Arsitektur
       Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur bisa dilihat dari bangunan candi. Meskipun candi merupakan pengaruh India, namun dalam arsitekturnya terdapat perpaduan dengan arsitektur megalitikum. Hal ini dapat dilihat pada umumnya candi-candi Hindu-Buddha yang berundak-undak, seperti candi borobudur.
5.       Bidang Seni
        Pengaruh seni rupa India telah masuk ke Indonesia seiring dengan masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Kesenian ini dapat dilihat dari relief-relief candi, contohnya relief Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Selain itu terdapat pula seni rupa berupa patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun, Kutai Kartanegara dan berlanggam Amarwati di Sikendeng, Sulawesi.
6.       Bidang Bahasa,Aksara, dan Sastra
       Pengaruh Hindu-Buddha dalam bidang bahasa dapat dilihat dari banyaknya prasasti Hindu-Buddha yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Paallawa yang menjadi tonggak sejarah Indonesia dari zaman prasejarah ke zaman sejarah.
       Dalam bidang sastra, para pujangga Indonesia pada zaman Hindu-Buddha banyak dipengaruhi oleh karya sastra Mahabarata dan Ramayana. Kedua kitab ini telah memacu pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sastra sendiri seperti kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca.
7.       Bidang Pendidikan
        Kebudayaan India mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Diawali dengan para pendeta yang datang ke Indonesia, mereka mengajarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia serta membuat tempat pendidikan yang disebut pasraman. Tempat ini menghasilkan lulusan-lulusan yang terpelajar yang kemudian menyebar hingga ke India untuk memperdalam Hindu-Buddha. Sepulang mereka ke Indonesia, mereka menyebarkan Hindu-Buddha di Indonesia.